RESEMU PENGELOLAAN LABORATORIUM
RESUME
PENGELOLAAN LABORATORIUM
“PENATAAN
LABORATORIUM”
Nama
:Ana Ferawati
Nim
: A1C317075
Kelas
: Reguler A
Dosen
Pengampu : Neneng
Lestari,S.Pd,.M.Pd
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN
PENDIDIKAN MATERMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2018
A. Pengertian
Laboratorium
Secara
etimologi kata “laboratorium” berasal dari kata Latin yang berarti “tempat
bekerja” dan dalam perkembangannya kata “laboratorium” mempertahankan kata
aslinya yaitu “tempat bekerja”, akan tetapi khusus untuk keperluan penelitian
ilmiah (Kertiasa, 2006: 1).
Di
bawah ini dikutip pengertian laboratorium menurut beberapa ahli di antaranya:
Menurut
Poerwadarminta (2014: 643), dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mengatakan bahwa:
Laboratorium adalah tempat untuk mengadakan percobaan (penyelidikan dan
sebagainya) segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan
sebagainya. Sedangkan laboran adalah orang (ahli ilmu kimia dan sebagainya)
yang bekerja di laboratorium.
Menurut
Assidiq (2008: 391), dalam kamus Biologi, laboratorium adalah ruang kerja
khusus untuk percobaan-percobaan ilmiah yang dilengkapi dengan peralatan
tertentu. Menurut Rustaman (2005: 137), Laboratorium adalah suatu tempat
percobaan dan penyelidikan dilakukan. Dalam pengertian sempit, laboratorium
sering diartikan sebagai ruang atau tempat yang berupa gedung yang dibatasi
oleh dinding dan atap yang di dalamnya terdapat sejumlah alat dan bahan
praktikum.
B. Alat
Dan Bahan
Pengenalan
terhadap peralatan laboratorium merupakan kewajiban bagi setiap petugas
laboratorium, terutama mereka yang akan mengoperasikan peralatan tersebut.
Setiap alat yang akan dioperasikan itu harus benar-benar dalam kondisi:
1. siap untuk dipakai
(ready for use)
2. bersih
3. berfungsi dengan
baik
4. terkalibrasi
Peralatan
yang ada juga harus disertai dengan buku petunjuk pengoperasian (manual
operation). Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan, dimana buku
manual merupakan acuan untuk perbaikan seperlunya. Teknisi laboratorium yang
ada harus senantiasa berada di tempat, karena setiap kali peralatan
dioperasikan ada kemungkinan alat tidak berfungsi dengan baik. Beberapa
peralatan yang dimiliki harus disusun secara teratur pada tempat tertentu,
berupa rak atau meja yang disediakan. Peralatan digunakan untuk melakukan suatu
kegiatan pendidikan, penelitian, pelayanan masyarakat atau studi tertentu.
Karenanya alat-alat ini harus selalu siap pakai, agar sewaktu-waktu dapat
digunakan. Peralatan laboratorium sebaiknya dikelompokkan berdasarkan
penggunaannya. Setelah selesai digunakan, harus segera dibersihkan kembali dan
disusun seperti semula. Semua alat-alat ini sebaiknya diberi penutup (cover)
misalnya plastik transparan, terutama bagi alat-alat yang memang memerlukannya.
Alat-alat yang tidak ada penutupnya akan cepat berdebu, kotor dan akhirnya
dapat merusak alat yang bersangkutan.
a. Alat-alat gelas
(Glassware)
Alat-alat
gelas harus dalam keadaan bersih, apalagi peralatan gelas yang sering dipakai.
Untuk alat-alat gelas yang memerlukan sterilisasi, sebaiknya disterilisasi
sebelum dipakai. Semua alat-alat gelas ini seharusnya disimpan pada lemari
khusus.
b. Bahan-bahan kimia
Untuk
bahan-bahan kimia yang bersifat asam dan alkalis, sebaiknya ditempatkan pada
ruang/kamar fume (untuk mengeluarkan gas-gas yang mungkin timbul). Demikian
juga untuk bahan-bahan yang mudah menguap. Ruangan fume perlu dilengkapi fan,
agar udara/uap yang ada dapat terhembus keluar. Bahan-bahan kimia yang
ditempatkan dalam botol berwarna coklat/gelap, tidak boleh langsung terkena
sinar matahari dan sebaiknya ditempatkan pada lemari khusus.
c. Alat-alat optik
Alat-alat
optik seperti mikroskop harus disimpan pada tempat yang kering dan tidak
lembab. Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan lensa berjamur. Jamur ini yang
menyebabkan kerusakan mikroskop. Sebagai tindakan pencegahan, mikroskop harus
ditempatkan dalam kotak yang dilengkapi dengan silica-gel, dan dalam kondisi
yang bersih. Mikroskop harus disimpan di dalam lemari khusus yang kelembabannya
terkendali. Lemari tersebut biasanya diberi lampu pijar 15-20 watt, agar ruang
selalu panas sehingga dapat mengurangi kelembaban udara (dehumidifier-air).
Alat-alat optik lainnya seperti lensa pembesar (loupe), alat kamera,
microphoto-camera, digital camera, juga dapat ditempatkan pada lemari khusus
yang tidak lembab atau dalam alat desiccator.(Suyanta, 2010).
A. Penataan
Alat dan Bahan
Penataan
(ordering) alat dimaksudkan adalah proses pengaturan alat di laboratorium agar
tertata dengan baik. Dalam menata alat tersebut berkaitan erat dengan
keteraturan dalam penyimpanan (storing) maupun kemudahan dalam pemeliharaan
(maintenance). Keteraturan penyimpanan dan pemeliharaan alat itu, tentu
memerlukan cara tertentu agar petugas lab (teknisi dan juru lab) dengan mudah
dan cepat dalam pengambilan alat untuk keperluan kerja lab, juga ada kemudahan
dalam memelihara kualitas dan kuantitasnya. Dengan demikian penataan alat
laboratorium bertujuan agar alat-alat tersebut tersusun secara teratur, indah
dipandang (estetis), mudah dan aman dalam pengambilan dalam arti tidak
terhalangi atau mengganggu peralatan lain, terpelihara identitas dan presisi
alat, serta terkontrol jumlahnya dari kehilangan.
Di laboratorium
terdapat berbagai macam fasilitas umum lab maupun peralatan. Beberapa contoh
penataan fasilitas umum lab sudah dikemukakan sebelumnya, pada bagian ini
pembahasan akan difokuskan pada penataan alat. Beberapa hal yang harus menjadi
pertimbangan di dalam penataan alat terutama cara penyimpanannya, diantaranya
adalah :
1. Fungsi alat, apakah
sebagai alat ukur ataukah hanya sebagai penyimpan bahan kimia saja
2. Kualitas alat
termasuk kecanggihan dan ketelitian
3. Keperangkatan
4. Nilai/ harga alat
5. Kuantitas alat
termasuk kelangkaannya
6. Sifat alat termasuk
kepekaan terhadap lingkungan
7. Bahan dasar penyusun
alat, dan
8. Bentuk dan ukuran
alat
9. Bobot / berat alat
Pada praktisnya untuk
melakukan penataan / penyimpanan alat tidak dapat digunakan secara mutlak
menurut fungsinya saja atau menurut kecanggihan dan sifatnya saja. Cara terbaik
disarankan mengkombinasikan di antara aspek-aspek tersebut. Ketidakmutlakan
dalam menerapkan aspek di atas dalam menentukan penataan alat sangat nampak
sekali dalam mata pelajaran sains lainnya seperti fisika dan biologi. Dalam lab
fisika penataan alat seringkali dikelompokkan atas dasar jenis percobaan
seperti alat-alat untuk percobaan listrik, magnet, optik, panas, cahaya dst.
Demikian untuk alat-alat biologi dikelompokkan secara khas pula seperti
penataan untuk alat-alat genetika, ekologi, fisiologi juga ada model, awetan,
gambar dst. Kembali pada sembilan aspek di atas, suatu alat ada yang memiliki
satu fungsi dan yang multi fungsi. Misalnya buret hanya dapat digunakan untuk
mengukur volume zat cair saja, sedangkan pH meter dapat digunakan untuk mengukur
pH dan juga mV.
Penataan terkait erat
dengan pengelompokkan, penempatan, penyimpanan dan kemudahan pemeliharaan dan
penggunaannya.
Alat-alat Lab IPA dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, seperti :
a)
Alat kegiatan (pengamatan &
pengukuran), seperti mikroskop, osiloskop, perangkat alat optik, kamera,
anemometer, kalorimeter, timbangan, dsb;
b)
Alat-alat dasar, digunakan untuk
melengkapi alat/ perangkat alat percobaan, seperti gelas kimia, tabung reaksi,
pipa kapiler, erlenmeyer, pelubang gabus, selang plastik, dst;
c)
Alat peraga seperti Kit IPA,
termasuk di dalamnya Model,torso, insektarium dan alat-alat lain yang serupa,
digunakan untuk meragakan suatu struktur suatu obyek IPA;
d)
Charta, foto, atau Bagan, digunakan
untuk menjelaskan suatu hal;
e)
Perkakas dan alat
penunjang seperti obeng, alat bor, tang, catut, gunting, soldier, alat
pemadam kebakaran, Jas Lab, Masker, kulkas, dst yang digunakan untuk
memperbaiki macam-macam peralatan lab.(Suyitno, 2016).
Di laboratorium
terdapat berbagai macam fasilitas umum lab maupun peralatan. Beberapa hal yang
harus menjadi pertimbangan di dalam penataan alat terutama cara penyimpanannya,
diantaranya adalah :
1. Klasifikasi
alat-alat laboratorium
Penataan
dan penyimpanan alat-alat laboratorium sangat perlu memperhatikan karakteristik
dan spesifikasinya, baik untuk alasan keamanan alat, kemudahan pencarian dan
pemeriksaan, perawatan dan pemeliharaan, ataupun sekedar kerapihan penyimpanan.
Oleh karena itu alat-alat laboratorium perlu dikelompokkan atau
diklasifikasikan berdasarkan kritria yang sesuai dengan tujuan
pengelompokkannya. Kriteria klasifikasi alat-alat laboratrorium antara lain
adalah bahan utama pembuatan, massa, bentuk dan volume, pabrik pembuat, usia
pakai, konserp fisika, fungsi atau kegunaan.
v Bahan
pembuatan
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan bahan utama
pembuatannya, misalnya kayu, plastik, kaca, logam, dan sebagainya.
v Massa
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan bobot dan
massanya apakah alat-alat itu ringan atau berat.
v Bentuk
dan volume
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan bentuk dan
ukuran volumenya, misalnya besar, kecil, bola, kubus, balok, silinder dan
sebagainya.
v Pabrik
pembuat
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan produser atau
pabrik yeng membuatnya. Pengelompokkan ini tentu dengan menyebutkan nama PT
pabrik pembuat dan negaranya.
v Letak
dan cara penyimpanannya
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan Letak dan cara
penyimpanan atau cara pemasangannya. Berdasarkan kriteria ini alat
dikelompokkan atas alat-alat permanen dan alat-alat tidak permanen. Alat-alat
permanen adalah alat-alat yang terpasang tetap di bagian tertentu dalam
laboratorium, dan alat-alat tidak permanen adalah alat-alat yang dapat disimpan
atau dipindahkan sesuai dengan kebutuhan penggunaannya.
v Usia
pakai
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan usia pakainya.
Usia pakai adalah waktu yang menyatakan berapa lama atau berapa kali alat itu
dapat digunakan dan berfungsi dengan baik dan benar sesuai dengan
spesifikasinya pembuatannya.
v Konsep
fisika
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan konsep atau
materi fisika yang berkaitan dengannya, misalnya alat-alat mekanika, alat-alat
listrik-magnet, alat-alat optik dan sebagainya.
v Fungsi/kegunaan
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan fungsinya ketika
digunakan apakah sebagai alat ukur yang dapat digunakan pada lebih dari satu
percobaan, sebagai satu set percobaan, sebagai alat peraga, sebagai alat
perbaikan, atau yang lainnya. Pada prakteknya sering terjadi bahwa
pengelompokkan alat-alat didasarkan kepada lebih dari satu kriteria. Berikut
ini adalah alat-alat fisika dikelompokkan atas bahan habis, alat permanen, alat
tidak permanen dan alat perbaikan.
2. Bahan
habis
Bahan
habis di laboratorium fisika dapat terdiri dari bahan material dan alat-alat
yang umur pakainya pendek atau bahkan sekali pakai habis, rusak atau tidak
dapat dipakai lagi. Bahan habis yang benar-benar berupa bahan material misalnya
adalah timah patri, pita kertas ticker timer, kertas karbon, benang, tali, paku
keling, spirtus, alkohol, minyak tanah, bensin, pelumas dan sebagainya,
sedangkan bahan habis yang berupa alat yang usia pakainya pendek misanya adalah
berbagai komponen elektronika .
(a) Hal-hal yang
harus diperhatikan berkaitan dengan bahan habis antara lain adalah sebagai
berikut ini.
·
Pemilihan alat-alat yang harus
dimasukkan ke dalam kelompok bahan habis.
·
Pemberian label nama dan atribut yang
jelas bagi setiap bahan habis, agar tidak tertukar penyimpanan dan
pemakaiannya.
·
Cantumkan catatan, peringatan dan perhatian
cara menggunakan yang tepat dan aman.
(b) Penyimpanan
yang sesuai dengan karakteristik alat misalnya :
·
Tempat penyimpanan yang tepat apakah
dari kayu, plastik, kaca dan sebagainya.
·
Ditutup dengan rapat.
·
Tidak ditutup rapat atau bahkan terbuka
·
Suhu dan kelembaban tempat tempat
penyimpanan yang sesuai, apakah bahan harus disimpan di tempat yang kering, di
tempat yang sejuk, jangan di tempat yang lembab, atau harus dalam lemari es
atau frezer, di tempat yang terang atau gelap dan sebagainya.
·
Bila bahan habis termasuk bahan yang
mudah terbakar, maka harus disimpan jauh dari sumber api atau sumber panas,
atau bahkan membelinya jangan terlalu banyak, cukup sekali pakai habis saja.
·
Perhatikan batas waktu pemakaian dan
kadaluarsanya.
·
Pengadaan yang sesuai dengan kebutuhan,
jangan sampai berlebihan sehingga sisa menjadi lewat bataas waktu pemakaian
atau kadaluarsa.
·
Termasuk ke dalam bahan habis adalah
bahan-bahan (padat, cair, gas) pembersih seperti sabun dan pembersih lantai,
cairan khusus pembersih lensa, lap, tissue dan sebagainya.
3. Alat-alat
permanent
Alat-alat permanen
adalah alat-alat fisika yang disimpan dan sekaligus dipasang (siap digunakan)
di tempat tertentu, tidak harus atau bahkan tidak boleh dipindah-pindahkan
tempatnya. Beberapa contoh alat yang dapat dipandang sebagai alat permanen
misalnya adalah:
·
Barometer untuk mengukur tekanan udara
di laboratorium
·
Termometer suhu ruangan untuk mengukuir
suhu udara di laboratorium.
·
Higrometer untuk mengukur kelembaban
udara dalam ruangan laboratorium.
·
Bandul fisis.
·
Pesawat Ethwood.
·
Foto, diagram, gambar, poster, contoh
grafik.
·
Pembakar bunsen dan instalasi gasnya.
Pemasangan alat-alat
permanen hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini :
·
Pemilihan tempat yang stategis untuk
pengamatan atau bahkan melakukan percobaan.
·
Ketepatan posisi pemasangan di tempat
yang sudah ditentukan.
·
Tempat pemasangan dan alat yang dipasang
ditempat itu harus terhindar dari faktor-faktor yang dapat mengganggu atau
merusak alat seperti panas matahari, kelembaban, banyak getaran dan sebagainya.
·
Setiap alat permanen dapat diberi kartu
alat yang menjelaskan nama dan atribut-atribut lain alat tersebut seperti
jumlah, spesifikasi, asesoris dan tempat penyimpanannya.(Herowati, 2016).
Daftar Pustaka
Assidiq,
A. K. 2008. Kamus Biologi.
Yogyakarta: Panji Pustaka.
Herowati.
2016. Petunjuk Praktikum PENGELOLAAN
LABORATORIUM revisi kelima. Sumenep:
FKIP Press.
Kertiasa,
N. 2006. Laboratorium Sekolah dan
Pengelolaannya. Bandung: Pudak Scientific.
Poerwadarminta,
W.J.S, 2014. Kamus Umum Bahasa Indonesia
Edisi Ketiga Cetakan XII. Jakarta : Balai Pustaka.
Rustaman,
N. 2005. Strategi Belajar Mengajar
Biologi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Suyanta.
2010. Manajemen Operasional
Laboratorium. Dalam http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/suyanta-msi-dr/manajemen-lab.pdf (diakses
tanggal 11 September 2018)
Suyitno.
2016. Tata Letak Alat Laboratorium
Ipa. Dalam
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/suyitno-aloysius-drs-ms/tata-letak-alat-lab.pdf.
(diakses tanggal 11 September 2018)
RESUME
PENGELOLAAN LABORATORIUM
“PERENCANAAN
LABORATORIUM”
Nama
: Ana Ferawati
Nim
: A1C317075
Kelas
: Reguler A
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN
PENDIDIKAN MATERMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2018
A.
Fungsi Laboratorium
Secara
etimologi kata “laboratorium” berasal dari kata Latin yang berarti “tempat
bekerja” dan dalam perkembangannya kata “laboratorium” mempertahankan kata
aslinya yaitu “tempat bekerja”, akan tetapi khusus untuk keperluan penelitian
ilmiah (Kertiasa, 2006: 1).
Di
bawah ini dikutip pengertian laboratorium menurut beberapa ahli di antaranya:
Menurut
Poerwadarminta (2014: 643), dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mengatakan bahwa:
Laboratorium adalah tempat untuk mengadakan percobaan (penyelidikan dan
sebagainya) segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan
sebagainya. Sedangkan laboran adalah orang (ahli ilmu kimia dan sebagainya)
yang bekerja di laboratorium.
Menurut
Assidiq (2008: 391), dalam kamus Biologi, laboratorium adalah ruang kerja
khusus untuk percobaan-percobaan ilmiah yang dilengkapi dengan peralatan
tertentu. Menurut Rustaman (2005: 137), Laboratorium adalah suatu tempat
percobaan dan penyelidikan dilakukan. Dalam pengertian sempit, laboratorium
sering diartikan sebagai ruang atau tempat yang berupa gedung yang dibatasi
oleh dinding dan atap yang di dalamnya terdapat sejumlah alat dan bahan
praktikum.
B.
Fungsi Laboratorium IPA
Menurut
Jauhar & Hamiyah (2015: 278), menjelaskan secara umum fungsi laboratorium
sekolah yaitu sebagai sumber belajar dan mengajar, sebagai metode pengamatan
dan metode percobaan, sebagai prasarana pendidikan atau sebagai wadah dalam
proses belajar mengajar. Sedangkan fungsi laboratorium secara khusus sebagai
berikut: Alat atau tempat untuk menguatkan atau memberikan kepastian informasi;
Alat atau tempat untuk menentukan hubungan sebab akibat; Alat atau tempat untuk
membuktikan benar tidaknya (verifikasi) faktor-faktor atau gejala-gejala
tertentu; Alat atau tempat untuk mempraktekkan sesuatu yang diketahui; Alat
atau tempat untuk mengembangkan keterampilan; Alat atau tempat untuk memberikan
latihan; Alat atau tempat untuk membentuk siswa belajar menggunakan metode
ilmiah dalam memecahkan masalah; dan Alat atau tempat untuk melanjutkan atau
melaksanakan penelitian perseorangan atau kelompok.
C.
Perecanaan Laboratorium IPA
Planning
atau
perencanaan merupakan proses memutuskan kegiatan apa, bagaimana
melaksanakannya, kapan, dan oleh siapa. Perencanaan perlu dilakukan untuk
menghindari kesalahan dalam melakukan tindakan sehingga menyebabkan kerugian
bagi organisasi (Arifin & Barnawi, 2012: 21).
Perencanaan
pengadaan peralatan laboratorium
Menurut
Jauhar & Hamiyah( 2015: 152) Perencanaan alat laboratorium harus sesuai
dengan jumlah dan kondisi siswa, peralatan laboratorium dapat dibagi menjadi 2
kelompok yaitu:
a. Peralatan
umum
Peralatan umum adalah perangkat yang
dikelompokan menurut segi pemakaiannya.
1. Perkakas
seperti obeng, tang, pisau, catut, palu, gunting, pemotong kaca dan pelubang
gabus.
2. Instrument
seperti: basicmeter, stop watch, jangka sorong, neraca, dan meteran.
3. Alat
gelas seperti tabung reaksi, gelas kimia.
4. Bagan,
seperti penampang melintang batang, daun.
5. Model,
seperti model atom, model mesin uap, model tata surya, model ginjal.
b. Peralatan
khusus
Peralatan khusus adalah perangkat alat yang
dikelompokan berdasarkan keterkaitan dengan mata pelajaran dan perlakuan
perawatannya, seperti: 1) Mikroskop, 2) Komporator lingkungan, 3) Osiloskop, 4)
Audio generator, 5) Neraca, 6) Slinki, dan lain-lain. Kebutuhan alat-alat ini
agar disesuaikan dengan jumlah kelompok siswa, sehingga semua kelompok siswa
dapat melakukan praktik dengan baik
Perencanaan inventarisasi perawatan
biaya operasional dan bahan habis pakai.
Dalam
satu tahun pelajaran semua kebutuhan perawatan biaya operasioanal dan dana
untuk belajar bahan habis pakai harus didata, diinventariskan dan direncanakan
secara tepat sehingga dalam pelaksanaan kegiatan praktikum tidak terjadi
kehabisan bahan.
Desain ruang laboratorium
Bentuk
ruang laboratorium siswa sebaiknya bujur sangkar. Bentuk bujur sangkar
memungkinkan jarak antara guru dan siswa dapat lebih dekat sehingga memudahkan
kontak guru dan siswa (Kertiasa, 2006: 11).
Ketentuan
ruang laboratorium IPA menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24
tahun 2007 yaitu rasio minimum ruang laboratorium IPA 2,4 m2/peserta didik,
untuk rombongan belajar kurang dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium
48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2. Lebar minimum ruang
laboratorium IPA 5 m2. (Arifin & Barnawi, 2012: 125)
Menurut
Koesmadji, dkk (2004: 40-45) sebuah laboratorium dengan ukuran lantai seluas
100 m2 dapat digunakan oleh sekitar 40 siswa, dengan rasio setiap siswa
menggunakan tempat seluas 2,5 m2 dari keseluruhan luas laboratorium. Apabila
kita lihat desain laboratorium menurut Koesmadji dan desain laboratorium
menurut Permendiknas, persamaan dari keduanya adalah rasio setiap siswa dalam menggunakan
tempat di laboratorium ± sekitar 2,5 m2.
Pemakai
laboratorium hendaknya memiliki tata letak atau layout bangunan laboratorium.
Bangunan laboratorium tidak sama dengan bangunan kelas. Dalam pembangunan
laboratorium membutuhkan perencanaan dan pertimbangan yang matang terutama
dalam kesesuaian letaknya terhadap ruangan lain. Sebagai tempat pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam, laboratorium membutuhkan beberapa fasilitas antara lain:
(a) Fasilitas umum: fasilitas umum merupakan fasilitas yang dapat digunakan
oleh semua pemakai laboratorium, contohnya: penerangan, ventilasi, air, bak
cuci, aliran listrik, gas, dan (b) fasilitas khusus: fasilitas khusus berupa
peralatan mebelair, contohnya meja siswa, meja guru, kursi, papan tulis, lemari
alat, lemari bahan, dan ruang timbang, lemari asam, perlengkapan PPPK, pemadam
kebakaran dan lain-lain.
Perencanaan
kegiatan laboratorium dapat dilakukan salah satunya melalui penyusunan program
kerja tahunan. Program kerja ini dibuat pada awal tahun dan disusun dalam
jangka 1 tahun. Program kerja tahunan ini digunakan sebagai pedoman kegiatan
laboratorium, yang meliputi :
1. Pengelolaan
anggaran
Penyusunan anggaran
kegiatan laboratorium didasarkan pada evaluasi program tahun sebelumnya,
sehingga berapa jumlah anggaran yang dibutuhkan pada tahun sekarang dapat
ditentukan dengan baik. Pengelolaan anggaran perlu dilakukan disesuaikan dengan
tujuan awal laboratorium. Anggaran dapat dipergunakan untuk merancang
penggunaan dana untuk kegiatan pelatihan dan pengajaran, maintenance/perawatan
laboratorium, maupun untuk meng-cover biaya-biaya lainnya.
Langkah-langkah berikut
ini sangat bermanfaat untuk dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran:
1. Cek
semua persediaan alat/bahan
2. Dengan
bantuan guru senior dan asisten laboratorium, mintakan informasi mengenai
a. Barang
habis tahunan
b. Periode
mana dari tahun ajaran, bahan habis tertentu dibutuhkan untuk digunakan
c. Alat-alat
yang mengalami kerusakan akut
d. Alat-alat
baru yang dibutuhkan pada tahun ajaran yang akan datang
e. Alat/bahan
yang rusak atau hilang
3. Mencari
informasi proyeksi penerimaan siswa pada tahun ajaran yang akan datang
4. Pengecekan
fasilitas laboratorium mencakup suplai air, listrik, gas dan lain-lain
5. Mengecek
harga-harga alat/bahan pada saat ini dan memprediksi harga-harga tersebut pada
tahun mendatang
6. Berdasarkan
informasi di atas (1-5) dan hasil konsultasi menyiapkan daftar kebutuhan untuk
tahun yang akan datang. Daftar yang dibuat harus mencakup tipe alat, model dan
jumlah yang dibutuhkan. Secara umum daftar kebutuhan meliputi:
a. Bahan
habis
b. Alat-alat
gelas, plastik dan logam
c. Specimen
untuk biologi dan preparat mikro (microslide)
d. ATK
e. Dan
lain-lain
7. Mendiskusikan
hal-hal yang penting dan kritis untuk penyelesaian kebutuhan alat/bahan
tersebut dengan melibatkan Kepala Sekolah dan guru senior
2. Pengelolaan
kegiatan (regular maupun non regular)
Kegiatan apa yang akan
dilakukan untuk 1 tahun ke depan harus sudah direncanakan secara matang. Sebagai
contoh, dalam 1 tahun ada berapa kali praktikum, berapa kali kegiatan pelatihan
dan lain sebagainya; harus sudah ditetapkan dahulu. Hal ini terkait dengan
kebutuhan bahan dan alat yang akan digunakan oleh laboratorium.
3. Pengelolaan
peralatan dan bahan
Pengelolaan alat dan
bahan praktikum meliputi kegiatan inventarisasi dan pengadaan. Rancangan
pengadaan alat dan bahan untuk satu tahun ke depan harus dilakukan berdasarkan
analisis kebutuhan dan ketersediaan. Ada tidaknya alat atau bahan praktikum dapat
dimonitor atau dilihat dari daftar inventarisasi yang dibuat. Dari daftar itu
akan jelas terlihat bahan atau alat apa yang kurang, yang rusak, atau yang
memerlukan perbaikan dan sebagainya.
4. Pengelolaan
SDM
Pengelolaan SDM ini
meliputi rekuitmen dan program peningkatan kompetensi tenaga laboran dan
teknisi. Jika memang tidak ada tenaga laboran atau teknisi, perlu direncanakan
kebutuhan tenaga tersebut. Tetapi jika ada, harus pula direncanakan program
peningkatan kompetensi tenaga laboran tersebut dengan mengikutsertakan pada
kegiatan pelatihan atau workshop pengelolaan laboratorium. Selain itu, perlu
ditentukan juga darimana gaji untuk tenaga laboran dan teknisi diambil.
Sumber
Arifin,
M. & Barnawi. 2012. Manajemen Sarana
& Prasarana Sekolah. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Assidiq,
A. K. 2008. Kamus Biologi.
Yogyakarta: Panji Pustaka.
Cambridge
University Press. 2008. Cambridge
Advanced Leaner’s Dictionary. Singapore: Green Gian Press
Jauhar,
M & Hamiyah, N. 2015. Pengantar Manajemen
Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Kertiasa,
N. 2006. Laboratorium Sekolah dan
Pengelolaannya. Bandung: Pudak Scientific.
Koesmadji,
W. dkk, 2004. Teknik Laboratorium.
Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UPI.
Poerwadarminta,
W.J.S, 2014. Kamus Umum Bahasa Indonesia
Edisi Ketiga Cetakan XII. Jakarta : Balai Pustaka.
Rustaman,
N. 2005. Strategi Belajar Mengajar
Biologi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.http://staffnew.uny.ac.id/upload/132309999/pengabdian/ppm-mandiri-smk-1-depok-2013.pdf (Diakses pada 3 September 2018 pukul 11:48)
STRATEGI
BELAJAR MENGAJAR FISIKA
“METODE TANYA JAWAB”
Nama
: Ana Ferawati
Nim
: A1C317075
Kelas
: Reguler A
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN
PENDIDIKAN MATERMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2018
Metode
Tanya Jawab
Metode tanya jawab, berasal dari bahasa Yunani,
secara etimologi, kata metode berasal dari dua suku perkataan, yaitu meta dan
hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti jalan atau cara.
Dalam
bahasa arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti
langka-langka strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Bila
dihubungkan dengan pendidikan langka tersebut harus diwujudkan dalam proses
pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian peserta didik.
Metode tanya jawab dapat berfungsi dengan baik jika
pada tahap awalnya terdapat rumusan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan,
pertanyaan yang diajukan tersebut dpat mendorong siswa untuk aktif, sehingga
terjadi kerjasama antara siswa. Pada metode ini dapat dilakukan secara adil
dalam membagi giliran bertanya.
a).
Dilihat dari waktu penyampaiannya, pertanyaan dibagi menjadi tiga yaitu:
1.
Pertanyaan awal pelajaran, pertanyaan pendahuluan menghubungkan yang telah lalu
dengan pengetahuan baru, tujuannya memusatkan perhatian siswa kepada pelajaran.
2.
Pertanyaan ditengah-tengah berlansungnya proses belajar mengajar, pertanyaan
ini untuk mendiskusikan bagian-bagian pelajaran dan menarik sebagian fakta
baru.
3.
Pertanyaan akhir pelajaran, yaitu pertanyaan penutup untuk menghubungkan
topik-topik bahasan agar menarik kesimpulan pelajaran sehingga siswa dapat
memahami pelajaran dengan mudah.
b).
Dilihat dari sasarannya, pertanyaan pada dasarnya dibagi dua yaitu:
1.
Pertanyaan ingatan, pertanyaan ini mengetahui sejauh mana pengetahuan yang
dikuasai oleh siswa, kata tanya yang digunakan adalah:apa, siapa, dimana, kapan
dan berapa.
2.
Pertanyaan pikiran digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana cara berpikir siswa
dalam menghadapi suatu persoalan, kata Tanya yang digunakan adalah : mengapa
dan bagaimana.
c).
Kegunaan metode tanya jawab untuk:
1.
Menyimpulkan pelajaran yang telah lalu, setelah guru menguraikan suatu
persoalan, kemudian guru menguraikan beberapa pertanyaan, pertanyaan-pertanyaan
itu dijawab oleh siswa sedangkan hasil jawaban siswa yang benar disusun dengan
baik sehingga merupakan ikhtisar pelajaran akan menjadi milik siswa.
2.
Melanjutkan pelajaran yang sudah lalu, dengan mengulang pelajaran yang sudah
diberikan dalam bentuk pertanyaan, guru akan menarik perhatian siswa kepada
pelajaran baru.
3.
Menarik perhatian siswa untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman
4.
Memimpin pengamatan atau pemikiran siswa,ketika siswa menghadapi sustu persoalan
maka pemikiran siswa dapat dibimbing dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
atau seorang siswa yang tidak memperhatikan pembicaraan guru yang dapat mengusahakan
supaya perhatiannya kembali kepada keterangan guru dengan mengejutkannya dengan
memberikan beberapa pertanyaan.
5.
Menyelingi pembicaraan untuk meransang perhatian siswa dalam belajar sehingga
dengan jalan demikian ada kerjasama antara siswa dengan guru dan dapat
menimbulkan semangat siswa.
6.
Meneliti kemampuan siswa dalam memahami suatu bacaan yang dibacanya atau
ceramah yang sudah didengarnya.
d).
Kelemahan metode tanya jawab:
1.
Pemakaian waktu lebih banyak jika dibandingkan dengan metode cerama, jalan
pelajaran lebih lambat dibandingkan dari metode ceramah, sehingga kadang-kadang
bahan pelajaran tak dapat dilaksanakan menurut yang ditetapkan.
2.
Akan terjadi perbedaan pendapat antara siswa dan guru, hal ini terjadi karena
pengalaman peserta didik berbeda dengan guru,
Menurut
Sutikno (2013:92) metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam
bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi
dapat pula dari siswa kepada guru. Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa metode tanya jawab merupakan proses interaksi antara dua
orang siswa atau lebih antara siswa dengan guru untuk saling tukar menukar
pengalaman, informasi, memecahkan persoalan, dan mengambil keputusan bersama.
Dengan jawaban-jawaban yang tepat yang disampaikan oleh siswa, maka guru dapat
mengetahui taraf penguasaan materi, pengetahuan, wawasan dan kecakapan akademis
para siswanya. Dalam setiap metode pembelajaran tentu ada kelebihan dan
kekurangannya. Menurut Subana dan Sunarti (2009: 198) keunggulan pendekatan metode
tanya jawab adalah suasana kelas lebih hidup karena sambutan kelas akan lebih
baik. Dengan tanya jawab, partisipasi siswa lebih besar dan mereka berusaha
mendengarkan pertanyaan guru dengan baik dan mencoba memberikan jawaban yang
tepat. Subana dan Sunarti (2009:198) mengatakan kelemahan/kekurangan pendekatan
metode tanya jawab yaitu kelancaran jalannya pelajaran agak terhambat karena
diselingi tanya-jawab dan jawaban siswapun belum tentu benar. Kadang-kadang
menyimpang dari persoalan sehingga guru memerlukan waktu lebih lama untuk
memperoleh jawaban yang benar. Upaya-upaya yang dilakukan guru dalam proses
pembelajaran adalah untuk membantu siswa mencapai tujuan yang diharapkan,
diantaranya adalah meningkatkan hasil belajar.
Sumber
Subana dan Sunarti. 2009. Strategi Belajar Mengajar, Bahasa Indonesia, Berbagai Pendekatan,
Metode teknik dan Media Pengajaran. Bandung: Pustaka Setia.
Sutikno, M. Sobry. 2013. Belajar dan Pembelajaran, Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran
Yang Berhasil .Lombok: Holistica.
Komentar
Posting Komentar