PENGELOLAHAN LIMBAH SECARA FISIKA
Nama : Ana ferawati
NIM : A1C317075
Kelas: Reguler A
Pengolahan Limbah Secara Fisika
Pada
umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air limbah, diharapkan
agar bahan-bahan tersuspensi dalam air limbah yang berukuran besar dan yang
mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu.
Tahap
penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan
bahan tersuspensi yang berukuran besar biasanya dengan menggunakan sand filter
dengan ukuran silica yang disesuaikan dengan bahan-bahan tersuspensi yang akan
disaring. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara
mudahdengan proses pengendapan, pada proses ini bisa dilakukan tanpa tambahan
bahan kimia bila ukurannya sudah besar dan mudah mengendap tapi dalam kondisi
tertentu dimana bahan-bahan terususpensi sulit diendapkan maka akan digunakan
bahan kimia sebagai bahan pembantu dalam proses sedimentasi, pada proses ini
akan terjadi pembentukan flok-flok dalam ukuran tertentu yang lebih besar
sehingga mudah diendapkan pada proses yang menggunakan bahan kimia ini masih
diperlukan pengkondisian pH untuk mendapatkan hasil yang optimal. Parameter
desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap
partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
Proses
flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti
minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi
juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi
(clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan
aliran udara ke atas (air flotation). Proses filtrasi dalam pengolahan air
buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses absorbsi atau proses
reverse osmosisnya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin
partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau
menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa.
Proses
adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa
aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika
diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran
(reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil,
terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah.
Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.
Pengolahan Limbah Secara Kimia
Pengolahan
air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat,
senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia
tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya
berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat
diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau
tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi
oksidasi.
Pengendapan
bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit
yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi
muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam
berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur
misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau
endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air
> 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom
heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih
dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor
(FeSO4, SO2, atau Na2S2O5). Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti
fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan
mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen
peroksida. Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan
pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena
memerlukan bahan kimia.
Pengolahan Limbah Secara Biologi
Pengolahan
air buangan secara biologis adalah salah satu cara pengolahan yang diarahkan
untuk menurunkan atau menyisihkan substrat tertentu yang terkandung dalam air
buangan dengan memafaatkan aktivitas mikroorganisme untuk melakukan
perombakan substrat tersebut.
Proses
pengolahan air buangan secara biologis dapat berlangsung dalam tiga lingkungan
utama, yaitu :
·
Lingkungan aerob, yaitu lingkungan
dimana oksigen terlarut (DO) didalam air cukup banyak, sehingga oksigen bukan
merupakan faktor pembatas;
·
Lingkungan anoksik, yaitu lingkungan
dimana oksigen terlarut (DO) didalam air ada dalam konsentrasi yang rendah.
·
Lingkungan anaerob, merupakan kebalikan
dari lingkungan aerob, yaitu tidak terdapat oksigen terlarut, sehingga oksigen
menjadi faktor pembatas berlangsungnya proses metabolisme aerob.
·
Berdasarkan pada kondisi pertumbuhan
mikroorganisme yang bertanggung jawab pada proses penguraian yang terjadi,
reaktor dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
·
Reaktor pertumbuhan tersuspensi
(suspended growth reactor), yaitu reaktor dimana mikroorganisme yang berperan
pada prosses biologis tumbuh dan berkembang biak dalam keadaan tersuspensi.
·
Reaktor pertumbuhan lekat (attached
growth reactor), yaitu reaktor dimana mikroorganisme yang berperan pada proses
penguraian substrat tumbuh dan berkembang biak dalam keadaan yang tersuspensi.
Faktor
faktor yang mempengaruhi mekanisme proses biologi secara anaerob diantaranya
adalah :
·
Temperatur,
·
pH (Keasaman),
·
Waktu Tinggal,
·
Komposisi Kimia Air Limbah,
·
Kompetisi Metanogen dan Bakteri Pemakan
Sulfat,
·
Serta Zat Toksik.
Namun
yang akan dijelaskan disini hanya faktor faktor yang berhubungan dengan materi
yang akan kita bahas yaitu mengenai proses penyesuaian pH, pelepasan senyawa
penghambat dan suplementasi nutrien sebagai berikut :
a.
Keasaman (pH).
Kebanyakan
pertumbuhan bakteri metanogenik berada pada kisaran pH antara 6,7 – 7,4, tetapi
optimalnya pada kisaran pH antara 7,0 -7,2 dan proses dapat gagal jika pH
mendekati 6,0. Bakteri acidogenik mengahasilkan asam organik, yang cenderung
menurunkan pH bioreaktor. Pada kondisi normal, penurunan pH ditahan oleh
bikarbonat yang dihasilkan oleh bakteri metanogen. Dibawah kondisi lingkungan
yang berlawanan kapasitas buffering dari sistem dapat terganggu, dan bahkan
produksi metan dapat terhenti. Salah satu metode untuk memperbaikikeseimbangan
pH adalah dengan meningkatkan alkaliniti dengan menambah bahan kimia seperti
lime (kapur), anhydrous ammonia, sodium hidroksida , atau sodium bikarbonat.
b.
Zat Toksik.
Zat
toksik kadang kadang dapat menyebabkan kegagalan pada proses penguraian limbah
dalam proses anaerobik. Terhambatnya pertumbuhan bakteri metanogen pada umumnya
ditandaidengan penurunan produksi metan dan meningkatnya konsentrasi asam asam
volatil.
Berikut
ini adalah beberapa zat toksik yang dapat menghambat pembentukan metan, yaitu :
·
Oksigen
·
Amonia
·
Hidrokarbon terklorinasi
·
Senyawa Benzen
·
Formaldehid
·
Asam volatil
·
Asam lemak rantai panjang
·
Logam Berat
·
Sianida
·
Sulfida
·
Tanin
·
Salinitas
·
Dan Efek Balik( Feedback Inhibition)
Komentar
Posting Komentar