Belajar dan Pembelajaran

                             Pendekatan Scientific dan Kontekstual
2.1.1        Pengertian Pendekatan scientific
                        Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,  menguatkan,    dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode  pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh karena itu banyak  pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode. Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau  melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik    yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan   bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas          yang  melandasi penerapan metode ilmiah.
                        Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan   pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya.
                        Menurut  majalah Forum Kebijakan Ilmiah yang terbit di Amerika pada tahun 2004 sebagaimana dikutip Wikipedia menyatakan  bahwa pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran siswa aktif yang mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan penggunaan metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat membedakan kemampuan siswa yang bervariasi. Penerapan metode ilmiah membantu guru mengindentifikasi      perbedaan kemampuan siswa. Pada penerbitan berikutnya pada tahun 2007  dinyatakan bahwa penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran  harus memenuhi  tiga prinsip utama; yaitu:
  1. Belajar siswa aktif, dalam hal ini  termasuk inquiry-based learning atau belajar berbasis penelitian, cooperative learning atau belajar berkelompok, dan belajar berpusat pada siswa.
  2. Assessment berarti  pengukuran kemajuan belajar siswa yang dibandingkan dengan target pencapaian tujuan belajar.
  3. Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah   mengembangkan pendekatan keragaman.  Pendekatan ini membawa   konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik, termasuk keunikan dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan metode mengajar, serta  konteks.
                          
               Metode Ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaan dan menjawabnya melalui kegiatan observasi dan melaksanakan percobaan. Dalam penerapan metode ilmiah terdapat aktivitas yang dapat diobservasi seperti mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Pelaksanaan metode ilmiah tersusun dalam tujuh langkah berikut:
  1. Merumuskan pertanyaan.
  2. Merumuskan latar belakang penelitian.
  3. Merumuskan hipotesis.
  4. Menguji hipotesis melalui percobaan.
  5. Menganalisis hasil penelitian dan merumuskan kesimpulan.
  6. Jika hipotesis terbukti benar maka dapat dilanjutkan dengan laporan.
  7. Jika Hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian maka lakukan      pengujian kembali.

               Penerapan metode ilmiah merupakan proses berpikir logis berdasarkan fakta dan teori. Pertanyaan muncul dari pengetahuan yang telah dikuasai. Karena itu kemampuan bertanya merupakan kemampuan dasar dalam mengembangkan berpikir ilmiah. Informasi baru digali untuk menjawabpertanyaan.Oleh karena itu, penguasaan teori dalam sebagai dasar untuk menerapkan metode ilmiah. Dengan menguasi teori maka siswa dapat menyederhanakan penjelasan tentang suatu gejala, memprediksi, memandu perumusan kerangka pemikiran untuk memahami masalah. Bersamaan dengan itu, teori menyediakan konsep yang relevan sehingga teori menjadi dasar dan mengarahkan perumusan pertanyaan penelitian.
.

2.1.2    KRITERIA PENDEKATAN saintific

  1. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat            dipertanggungjawabkan.
  2. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun        menarik sistem penyajiannya.
            Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Perhatikan diagram berikut.
          Adapun penjelasan dari diagram pendekatan             pembelajaran scientific (pendekatan ilmiah) dengan menyentuh ketiga ranah         tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
  1. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa”.
  2. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
  3. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”

            Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik  (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud  meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Mengamati fakta yang ada dapat dibagi dalam dua keadaan seperti pengamatan nyata fenomena alam atau lingkungan dan pengamatan obyek langsung.
  1. Pengamatan nyata fenomena alam atau lingkungan.
Pengamatan seperti ini cocok untuk anak sekolah menengah pada kelas rendah dimana karakter penalarannya masih bertaraf induktif. Pengamatan langsung fenomena alam akan membantu siswa menuangkan apa yang di lihat atau amati ke dalam pengetahuan sederhana menjadi bakal pengetahuan secara lisan ataupun tertulis. Hasil tuangan dalam bahasa pengetahuan sederhana tersebut dengan mudah dapat dipahami. Misal; fakta tentang “pengetahuan kontekstual”, yang menggambarkan tentang pola pemukiman penduduk, seperti gambar berikut.
 Fenomena/fakta seperti yang tampak pada gambar di atas diamati, kemudian dibahasakan secara konseptual dalam bentuk penjelasan sederhana. Berdasarkan fenomena tersebut, dapat dijelaskan tentang pola pemukiman penduduk yaitu pola pemukiman penduduk secara memanjang. Maksudnya, pola pemukiman seperti ini memiliki ciri berupa pemukiman penduduk berderet memanjang mengikuti alur jalan, sungai, rel kereta api atau pantai. Jika dihubungkan dengan tema manusia sebagai makhluk sosial, fenomena tersebut tentu saja mengarah pada kesimpulan bahwa dalam memenuhi kebutuhannya, manusia tidak dapat hidup sendiri bahkan selalu berkelompok dan membutuhkan orang lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut menyesuaikan dengan kondisi alam sekitar yang ada. Jika seseorang suka tinggal di tempat yang dekat dengan air, dia dapat memilih lokasi rumah di pinggiran atau menyusuri sungai, tetapi bagi yang suka dengan keramaian, dia memilih lokasi untuk membangun rumahnya mengikuti jalan, dsb. Kegiatan sederhana seperti yang dijelaskan di atas dapat membantu siswa mengembangkan kreativitas berpikir secara analitis, bukan sekedar menghafalkan fakta-fakta. Proses sebelum tercapai kesimpulan pada hakekatnya hampir sama dengan penjelasan berikut
  1. Pengamatan objek IPS
Pengamatan obyek sangat cocok untuk siswa yang mulai menerima kebenaran logis, sehingga mereka tidak mempermasalahkan suatu rangkaian kebenaran sebelumnya yang didapatkan dari penalaran yang benar, walaupun objeknya tidak nyata. Pengamatan seperti ini lebih tepat dikatakan sebagai pengumpulan dan pemahaman kebenaran pengetahuan. Fakta yang didapatkan dapat berupa definisi, grafik dan lain sebagainya. Misal; siswa diminta membayangkan kegiatan petani di sawah, kemudian diminta menjelaskan atau bercerita tentang kegiatan petani berikutnya sampai dengan hasil beras menjadi nasi dihubungkan dengan tema manusia sebagai makhluk sosial. Satu persatu siswa menyebutkan hasil pengamatannya seperti;
  1. ada 6 orang di sawah sedang bekerja menanam padi,
  2. orang-orang bekerja di sawah membetulkan saluran irigasi,
  3. orang-orang sedang bekerja melakukan panen padi.
            Dari hasil pengamatan obyek tersebut dapat disimpulkan tentang mahkluk sosial; Makhluk sosial adalah makhluk berkelompok dan tidak mampu hidup menyendiri. Makhluk sosial adalah makhluk yang memiliki kecenderungan menyukai dan membutuhkan kehadiran sesamanya sebagai kebutuhan dasar yang disebut kebutuhan sosial (social needs). Hasil pengamatan obyek secara sederhana tersebut jika dilanjutkan dapat berupa analisis dan menghasilkan kajian yang saling kait mengkait. Kegiatan petani dalam menggarap sawahnya untuk menanam padi sampai dengan panen adalah;
  1. memerlukan pedagang benih,
  2. setelah itu petani memerlukan pekerja untuk menanam padi,
  3. setelah masa tanam, petani memerlukan pupuk dan pekerja,
  4. pekerja untuk penyiangan gulma,
  5. pekerja untuk penyemprotan hama,
  6. buruh panen
  7. Setelah itu agar padi tersebut dapat diuangkan, petani perlu
      pembeli.
                  Kegiatan mungkin dapat berhenti sampai di sini. Tetapi jika ingin menganalisis sampai dengan berupa beras dan sampai di meja berupa hidangan nasi, tentu kegiatan petani dapat dilanjutkan,
  1. mereka masih memerlukan jasa orang lain lagi untuk melakukan
      penyelepan padi menjadi beras,
  1. dan petani memerlukan pembeli beras,
  2. individu mengubah beras menjadi nasi.
            Jadi, kegiatan pengamatan, bertanya dan mencoba sangat bagus untuk menuntun siswa membangun pengetahuan sendiri dan diharapkan mereka mampu menemukan sesuatu sampai dengan memahami nilai dari pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Dengan begitu dapat terjalin sinergi proses belajar yang sangat komunikatif dan aplikatif dengan cara memberikan pancingan-pancingan pada siswa untuk mengembangkan cara berpikir tingkat tinggi ilmiah,aktif, kreatif. Observation based learning, questioning menjadi dasar proses pembelajaaran, sehingga semua pertanyaan selalu terbuka dan mengarah pada multi jawaban
  1. Menanya
                  Kecenderungan yang ada sekarang adalah siswa gagal menyelesaikan suatu masalah yang ada hubungannya dengan pengetahuan sosial, jika konteksnya diubah sedikit saja. Ini terjadi karena siswa cenderung menghafal fakta, konsep atau prosedur tertentu. Tidak terbangun suatu pemikiran yang divergen. Pemikiran yang divergen ini dapat dibangkitkan dari suatu pertanyaan. Untuk menggalinya dapat dilakukan dengan memanfaatkan solusi yang mereka hasilkan, dengan menanyakan alternatif-alternatif yang mungkin dari solusi itu. Dalam hal ini guru tidak boleh memberi tahu, tetapi hanya memberikan pertanyaan pancingan, sampai siswa sendiri yang menyelesaikan dan mencari alternatif yang lain. Misalnya dari analisis yang dijelaskan di atas, siswa diarahkan pada pertanyaan
  1. mengapa petani perlu bekerja di sawah?
  2. apa yang akan terjadi seandainya petani tidak bekerja?
  3. mengapa para petani memerlukan orang lain untuk
mengerjakan semua pekerjaan yang mengarah pada pekerjaan menggarap sawah?
  1. bagaimana seandainya tidak ada yang membantu menggarap
sawah?
  1. apa yang akan terjadi seandainya tidak ada orang lain yang
membantu?
  1. berapa penghasilan kotor petani pasca panen?
  2. berapa penghasilan bersih petani setelah dipotong biaya
  • operasional?
Alternatif-alternatif seperti itu perlu dibangun sehingga memunculkan kreativitas dan tingkatan berpikir dari yang mudah ke yang sukar. Pertanyaan dapat ditingkatkan ke hal yang lebih sulit lagi seperti;
  1. apakah sawah yang digarap petani tersebut miliknya sendiri ataukah
menyewa ke orang lain?
  1. bagaimana petani tersebut mengatur perekonomian keluarganya?
  2. bagaimana cara petani tersebut menjual hasil panen? 
  3. menggunakan transportasi jenis apakah petani tersebut mengangkut
hasil panenya? dst.
  1. Menalar
                  Pertanyaan seperti di atas memerlukan adanya solusi (jawaban) melalui suatu penalaran. Dalam IPS permasalahan seperti ini dapat dijawab dengan mengaitkan teorema lain atau pendefinisian baru terutama bagi siswa yang sudah dapat menerima kebenaran logis. Penalaran secara umum adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Disini penalaran dapat bermakna penyerupaan (associating) dan juga dapat bermakna akibat (reasoning). Ada dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.
  1. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan
dari fenomena khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada pengamatan inderawi atau pengalaman empirik. Misalkan pengalaman hidup siswa sebagai makhluk sosial baik di rumah, di sekolah dan di masyarakat, mereka memiliki pengalaman hidup dengan orang lain. Jika di rumah, mereka hidup dengan keluarga (ayah, ibu, adik,kakak, dll), di sekolah ada Kepala Sekolah, Guru, teman sejawat, dll, di masyarakat tentu saja bergaul dengan orangorang dari berbagai kalangan.
  1. Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan
dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Cara kerja menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang khusus. Penalaran dalam IPS terkait penarikan kesimpulan adalah manusia sebagai makhluk sosial pasti memerlukan orang lain. Hal ini disimpulkan dari fakta bahwa dimanapun berada tidak ada satupun manusia yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan yang lain. Perlu diingat juga bahwa penalaran diartikan juga sebagai penyerupaan / analogi atau dalam bahasa sosial asosiasi Dengan definisi akan mewadahi atau memenuhi sistem dalam IPS itu sendiri. Dari sini diperlukan adanya langkah atau tahap berikutnya yaitu mencoba atau secara lebih luas membuktikan.
  1. Mencoba
                  Pengertian mencoba disini dapat diartikan secara sempit seperti menunjukkan dan dapat diartikan secara luas yaitu membuktikan. Pembuktian dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara membayangkan atau dengan mempraktekkan langsung. Sebagai contoh masih berhubungan dengan tema “manusia sebagai mahkluk sosial”, menunjukkan sekelompok manusia di dalam kelas memiliki arti bahwa manusia selalu hidup bergerombol atau berkelompok atau memerlukan orang lain. Pembuktian melalui praktek dapat dilakukan dengan durasi waktu tertentu, missal selama 5 menit, siswa yang ada dalam kelas diperintahkan untuk duduk sendiri-sendiri, dan dilarang berbicara atau berkomunikasi dengan yang lain. Pengalaman seperti apa yang di dapat mereka? Contoh ini bukan merupakan pembuktian dalam IPS secara sempurna, hanya sekedar contoh tahapan/langkah dalam pendekatan ilmiah dengan tema manusia sebagai mahkluk sosial.
  1. Menyimpulkan (mengaitkan dengan konsep dan aplikasi lain).
                  Pengertian menyimpulkan disini mengandung dua pengertian, yaitu mengaitkan konsep dalam IPS itu sendiri dan mengaitkan konsep yang diperoleh dengan dunia nyata. Hasil praktek yang diperoleh oleh siswa digunakan untuk aplikasi dalam dunia nyata dikaitkan dengan pengetahuan, sehingga siswa dapat menarik kesimpulan tentang manusia sebagai mahkluk sosial yang harus berkomunikasi karena dia membutuhkan orang lain. Oleh karenanya, agar terjalin hubungan kerjasama atau kolaborasi yang harmonis, dia harus berkomunikasi secara sopan, santun dan beretika. Itulah yang dimaksud networking atau membentuk jaringan. Akhirnya, dengan pengalaman seperti itu diharapkan dapat membentuk sikap siswa.

2.2              Pendekatan kontekstual
2.2.1         Pengertian Pendekatan Kontekstual
                        Dalam pendekatan kontekstual kita dapat membuat variasi dalam    pembelajaran dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai secara optimal.           Agar pendekatan pembelajaran tidak kaku harus menggunakan pendekatan      yang sesuai, artinya memilih pendekatan disesuaikan dengan kebutuhan materi             ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran.
Depdiknas (2002:5)    menyatakan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)        sebagai konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang             diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat            hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam   kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen, yakni    kontruktivisme (Constuctivism), bertanya (Questioning),             menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community),  permodelan (Modeling), Refleksi (Reflection), penilaian sebenarnya(Authentic            Assessment).
                        Pendekatan kontekstual menurut Amri (2010;21) yaitu merupakan metode belajar yang membantu semua guru mempraktekkan dan mengaitkan       antara materi yang diajarkan dengan situasi yang ada di lingkungan siswa.         Pendekatan kontekstual adalah sebuah pembelajaran yang terfokus dalam             melibatkan siswa aktif memperoleh informasi yang dilaksanakan dengan     mengenalkan mereka pada lingkungan serta terlibat secara langsung dalam         proses pembelajarannya. Jadi dalam pembelajaran ini guru lebih aktif            memberikan strategi pembelajaran daripada informasi pembelajaran.
                        Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning)                                    merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi                                 yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa                                membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan                                         penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan                                     masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih                                   bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk                     kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari                       guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
2. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
                        Dalam pembelajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima   bentuk  belajar yang penting, yaitu mengaitkan (relating),     mengalami (experiencing), menerapkan (applying),bekerja             sama (cooperating) dan mentransfer (transferring).
  1. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti          konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketika mengkaitkan            konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan     demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi     baru.
  2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti          menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan     sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat  memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
  3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan        kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan         memberikam latihan yang realistik dan relevan.
  4. Kerja sama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu             kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok             sering dapat mengatasi masalah yang kompleks dengan sedikit bantuan.      Pengalaman kerja sama tidak hanya membantu siswa mempelajari                 bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
  5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar          dengan fokus pada pemahaman bukan hafalan.

2.2.3         Komponen-komponen CTL (Contextual Teaching and Learning)
            Komponen-komponen dari CTL (Contextual Teaching and Learning) antara-          lain :
  1. 1.  Konstruktivisme (Constructivism)
                       Konstruktivisme (Constructivismadalah proses membangun           atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan            pengalaman. Menurut pengembang filsafat konstruktivisme Mark Baldawin           dan diperdalam oleh Jean Piaget menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hannya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan     individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya.
  1. 2.   Menemukan (Inquiry)
                        Menemukan (Inquiry) adalah proses pembelajaran didasarkan          pada pencapaian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.        Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi         hasil dari proses menemukan sendiri. Dalam model inquiry dapat dilakukan           melalui beberapa langkah sistematis, yaitu:
  1. Merumuskan masalah.
  2. Mengajukan hipotesis.
  3. Mengumpulkan data.
  4. Menguji hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan.
  5. Membuat kesimpulan.

  1. 3.   Bertanya (Quesrioning)
                        Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab      pertanyaan.      Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingin tahuan            setiap individu. Sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan       kemampuan seseorang dalamberpikir.Dalam pembelajaran yang produktif,        kegiatan bertanya berguna untuk:
  1. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi        pelajaran.
  2. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
  3. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
  4. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang diinginkan.
  5. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sendiri.
  6. Menggali pemahaman siswa.

  1. 4.   Masyarakat Belajar (Learning Community)
            Konsep masyarakat belajar (Learning Community) dalam CTL         menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan    orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik   dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang      terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing      dengan orang lain, antarteman atau antarkelompok; yang sudah tahu      memberi tahu kepada yang belum tahu atau yang pernah memiliki           pengalaman membagi pengalamannya kepada orang lain. Inilah hakekat      dari masyarakat belajar yaitu masyarakat yang saling membagi.
  1. 5.   Pemodelan (Modeling)
                        Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses            pembelajaran   dengan      memperagakan sesuatu sebagai contoh      yang dapat ditiru oleh setiap siswa.      Prosesmodeling tidak sebatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa yang dianggap          memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam      pembelajaran CTL sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari      pembelajaran yang teoristis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya          verbalisme.
  1. 6.   Refleksi (Reflection)
                        Refleksi (Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru       di pelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di    masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau        pengalaman yang baru di terima. Melalui proses refleksi, pengalaman     belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada          akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya.
  1. 7.   Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
                        Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang   dilakukan oleh      guru untuk mengumpulkan informasi tentang        perkembangan belajar yang     dilakukan oleh siswa. Penilaian ini      dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau      tidak; apakah pengalaman belajar siswa     memiliki pengaruh yang positif          terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian        yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran.        Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran             berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.
2.2.4         Penerapan dan Pendekatan Kontekstual
            Hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sejumlah hasil yang diharapkan     dalam penerapan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut :
  1. a.   Guru yang berwawasan.Maksudnya yaitu guru yang berwawasan dalam        penerapan dan pendekatan.
  2. b.   Materi dalam pembelajaran.Dalam hal ini guru harus bisa mencari materi         pembelajaran yang dijiwai oleh konteks perlu disusun agar bermakna bagi          siswa.
  3. c.    Strategi metode dan teknik belajar dan mengajar.Dalam hal ini adalah           bagaimana seorang guru membuat siswa bersemangat belajar, yang lebih            konkret, yang menggunakan realitas, lebih aktual, nyata/riil, dsb.
  4. d.   Media pendidikan.Media yang digunakan dapat berupa situasi alamiah,            benda nyata, alat peraga, film nyata yang mana perlu dipilih dan dirancang     agar sesuai dan belajar lebih bermakna.
  5. e.    Fasilitas.Media pendukung pembelajaran kontekstual seperti peralatan dan        perlengkapan, laboratorium, tempat praktek, dan tempat untuk melakukan             pelatihan perlu disediakan.
  6. f.    Proses belajar dan mengajar.Hal ini ditujukan oleh perilaku guru dan             siswa yang bernuansa pembelajaran kontekstual yang merupakan inti dari          pembelajaran kontekstual.
  7. g.   Kancah pembelajaran.Hal ini perlu dipilih sesuai dengan hasil yang      diinginkan.
  8. h.   Penilaian.Penilaian/evaluasi otentik perlu diupayakan karena pada          pembelajaran ini menuntut pengukuran prestasi belajar siswa dengan cara-          cara yang tepat dan variatif, tidak hanya dengan pensil atau paper test.
  9. i.     Suasana.Suasana dalam lingkungan pembelajaran kontekstual sangat     berpengaruh karena dapat mendekatkan situasi kehidupan sekolah dengan        kehidupan nyata di lingkungan siswa.
2.2.5         Tahapan-tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual
            Tahapan pelaksanaan pembelajaran kontekstual antara lain :
  1. Mengkaji materi pelajaran yang akan diajarkan.
  2. Mengkaji konteks kehidupan siswa sehari-hari.
  3. Memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan kehidupan siswa.
  4. Menyusun persiapan proses KBM yang telah memasukkan konteks dengan        materi pelajaran.
  5. Melaksanakan proses belajar mengajar kontekstual.
  6. Melakukan penilaian otentik terhadap apa yang telah dipelajari siswa.
2.2.6         Kelebihan dan kekurangan pendekatan Kontekstual
            Kelebihan
  1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk       dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan        kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat    mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja     bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi            yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak         akan mudah dilupakan.
  2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep        kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran    konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan       pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa     diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
Kelemahan
  1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru         tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola    kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan             pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang           sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang          akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman     yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur          atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah           pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap            perkembangannya.
  2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau       menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk         belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan           bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai    dengan apa yang diterapkan semula.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENGERTIAN PENGELOLAAN BIAYA PENDIDIKAN DAN JENIS–JENIS BIAYA PENDIDIKAN

Keterampilan Menjelaskan

SOP LABORATORIUM