"PENGOLAHAN
TANAH AKIBAT TSUNAMI"
FISIKA
LINGKUNGAN
“PENGOLAHAN
TANAH AKIBAT TSUNAMI”
DOSEN
PENGAMPU:
Drs. M.
Hidayat, M.Pd
NAMA: ANA FERAWATI
NIM: A1C317075
KELAS: PENDIDIKAN FISIKA
REGULER A 2017
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMUPENGETAHUANALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2019
PENGOLAHAN TANAH
AKIBAT TSUNAMI
Salah satu wilayah
kabupaten Aceh Besar yang mengalami bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi
pada tanggal 26 Desember 2004 dan termasuk kategori wilayah kerusakan yang
parah dengan intensitas kerusakan antara 60-75%. Sebagian besar areal pertanian
terutama lahan persawahan, pekarangan, dan tegalan, tidak dapat difungsikan
lagi karena telah tertimbun oleh sampah dan sedimen serta bahan-bahan
reruntuhan gedung atau perumahan.
Berdasarkan hasil investigasi terhadap dampak
dan analisis sifat-sifat tanah dan air, maka pola pemanfaatan lahan pertanian
di Kecamatan Lhoknga dapat diarahkan sebagai berikut :
Lahan Kelas A (Low
damaged area):
Deskripsi : Ketebalan
sedimen < 5 cm, tanpa erosi, sedikit atau tanpa sampah, pH lapisan atas
6,70-7,5 (netral), agak halus sampai agak kasar, gembur, agak lepas, drainase
agak jelek, DHL rendah sampai sedang (0,05 - > 4,0 mS cm-1 ).
Problema : Salinitas air
permukaan dan sebagian wilayah masih sangat tinggi dan sistem drainase yang
agak jelek, serta tekstur lapisan atas yang agak kasar. Khusus di Kecamatan
Lhoknga, lahan dengan kelas A ini masih perlu pembersihan rumput di permukaan.
Arahan Rehabilitasi
dan Reklamasi Lahan :
· Perlu
pembersihan dan perbaikan saluran irigasi dan drainase.
· Perlu pencucian garam pada
lapisan atas dari profil tanah dengan air dari saluran irigasi dengan metode
penggenangan (basin irrigation) untuk atau dengan irigasi alur (furrow
irrigation).
· Perlu pembuatan bedengan
untukpenanaman agar memudahkan dalam pengelolaan kelebihan (excess) garam/salinitas (Mitchel,
1983). o Neraca air = (Curah Hujan + irigasi—Evaporasi)
· Khusus untuk padi, maka perlu
dibuat pematang agar dapat digenang (dipersawahkan), karena akibat tsunami,
semua pematang sawah telah hilang/rata.
·
Perlu ditetapkan neraca kebutuhan air untuk pencucian garam dan kebutuhan air
tanaman.
· Untuk menurunkan dan mengurangi tingkat
salinitas tanah dapat digunakan bahan amelioran seperti CaSO4, pupuk kandang,
dan S elementer.
· Pada lahan yang tidak terpengaruh
tsunami, pemakaian lahan untuk areal persawahan dapat langsung digunakan tanpa
rehabilitasi yang berat.
Lahan Kelas B (Medium damaged area):
Deskripsi
: Ketebalan
sedimen < 10- 20 cm, tanpa erosi, sedikit sampah, pH lapisan atas
6,8i9-7,80, (netral), agak halus sampai kasar, agak lekat sampai lepas,
drainase internal jelek, DHL tinggi (> 4,0 mS cm-1 ).
Problema
: Salinitas sangat
tinggi dan sistem drainase agak jelek, serta tekstur lapisan atas yang agak
kasar dan sedimen permukaan yang dalam.
Arahan Rehabilitasi dan Reklamasi Lahan
:
· Perlu
pembersihan dan perbaikan saluran irigasi dan drainase.
· Lapisan
sedimen perlu dipertimbangkan untuk dibuang dari lapisan tanah atas
atau Perlu pencucian garam pada lapisan atas dari profil tanah
dengan air dari saluran irigasi dalam waktu dan jumlah air yang
banyak.
· Perlu
pembuatan bedengan untuk penanaman Bioremidiasi agar memudahkan dalam
pengelolaan kelebihan (excess) garam/salinitas.
Tanaman Yang Disarankan (Toleran) (Departemen
Pertanian, 1997) :
a. Tanaman
Setahun (annual crops) Terong, cabai, kacang tanah, padi, rumput gajah, nenas,
dan sejenisnya.
b. Tanaman
Tahunan (parennial crops) : Kelapa.
Lahan
Kelas C (High damaged area):
Deskripsi
: Ketebalan
sedimen 20- < 30 cm, tanpa dan dengan erosi, bertekstur halus sampai sangat
kasar, lepas, drainase internal sangat jelek sampai cepat, DHL sangat tinggi
(> 7,0 mS cm-1 ).
Problema
: Salinitas sangat
tinggi dan sistem drainase agak jelek, serta tekstur lapisan atas yang sangat
kasar dan tebal sedimen yang sangat dalam, sehingga tidak cocok untuk padi
sebelum upaya rehabilitasi.
Arahan
Rehabilitasi dan Reklamasi Lahan :
· Perlu
pembersihan dan perbaikan saluran irigasi dan drainase.
· Lapisan
sedimen di bagian permukaan hingga terdapat tanah asli perlu dibuang atau
dikerok tetapi tidak dianjurkan dengan menggunakan alat berat karena mudah
terjadi kompaksi. Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan manual menggunakan
tenaga masyarakat/buruh yang dikontrakkan.
· Perlu pencucian
garam pada lapisan atas dari profil tanah dengan air dari saluran irigasi dalam
waktu dan jumlah air yang banyak.
· Perlu
pembuatan bedengan untuk penanaman agar memudahkan dalam pengelolaan kelebihan
(excess) garam/salinitas.
· Perlu
dipertimbangkan konversi penggunaan ke bidang lain seperti usaha perikanan
darat, atau untuk tanaman keras yang toleran seperti mangrove atau
kelapa.
· Khusus di
Desa Lampuuk Kecamatan Lhoknga, lahan perlu dibersihkan dari sampah-sampah
tsunami yang masih bertebaran.
Sumber:
Syakur, S., Basri, H., Sufardi, S., &
Hatta, M. (2012). Sifat Tanah Dan Air Yang Terpengaruh Tsunami Di Kecamatan
Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Floratek, 7(1), 1-12.P
Komentar
Posting Komentar